berita terbaru islam dan berita update

9/05/2016

Sumatra Telah Dikenal Sejak Zaman Rasulullah

Benarkah pulau Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah SAW semasa hidup,serta telah dilalui dan disinggahi para pedagang dan pelaut Arab di masa itu? Pernyataan ini diungkap Prof.Dr.Muhammad Syed Naquib al-Attas di buku terbarunya “Historical Fact and Fiction” yg di seminarkan November 2011 lalu.

Syed Muhammad al Naquib al Attas lahir di Bogor,5 September 1931 adalah seorang cendekiawan dan filsuf muslim saat ini dari Malaysia.Ia menguasai teologi,filsafat, metafisika,sejarah,dan literatur.

Ia juga menulis berbagai buku di bidang pemikiran dan peradaban Islam,khususnya tentang sufisme,kosmologi,filsafat,dan literatur Malaysia.

Sumber Wikipedia menyebutkan,tahun 1962 Al-Attas menyelesaikan studi pasca sarjana di Institute of Islamic Studies di McGill University,Montreal,Kanada,dengan thesis Raniri and the Wujudiyyah of 17th Century Acheh.

Al-Attas kemudian melanjutkan studi ke School of Oriental and African Studies,University of London di bawah bimbingan Professor A.J.Arberry dari Cambridge dan Dr.Martin Lings. Thesis doktornya (1962) adalah studi tentang dunia mistik Hamzah Fansuri.

Pada 1987,Al-Attas mendirikan sebuah institusi pendidikan tinggi bernama International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur.Melalui institusi ini Al-Attas bersama sejumlah kolega dan mahasiswanya melakukan kajian dan penelitian mengenai Pemikiran dan Peradaban Islam,ia terkenal kritis terhadap Peradaban Barat.
Kesimpulan Al-Attas ini berdasarkan inductive methode of reasoning.Metode ini,ungkap al-Attas,bisa digunakan sejumlah pengkaji sejarah ketika sumber-sumber sejarah yg tersedia dalam jumlah yg sedikit atau sulit ditemukan,lebih khusus lagi sumber-sumber sejarah Islam dan penyebaran Islam di Nusantara memang kurang.

Ada dua fakta yg al-Attas gunakan utk sampai pada kesimpulan di atas.

Pertama,bukti sejarah Hikayat Raja-Raja Pasai yg di dalamnya terdapat sebuah hadits yg menyebutkan Rasulullah saw menyuruh para sahabat utk berdakwah di suatu tempat bernama Samudra,yg akan terjadi tidak lama lagi di kemudian hari.Hikayat Raja-raja Pasai antara lain menyebutkan sebagai berikut :

“…Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi wassalama tatkala lagi hajat hadhrat yg maha mulia itu,maka sabda ia pada sahabat baginda di Mekkah,demikian sabda baginda:“Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin Samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (sediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat.Syahdan,(lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu”

Dasarnya tentu sangat kuat baik secara teologis maupun secara antropologis.Menurutnya, Hamzah Fansuri,Nurruddin Ar-Raniry,Syamsuddin As-Sumatrani,Syech Abdurrauf As-singkili yg terkenal dengan nama Syeikh di Kuala atau Syiah Kuala adalah sekian diantara ulama besar Aceh yg pernah ada di zaman keemasan kesultanan Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam.

Bahkan,sekian diantara Wali Songo mempunyai garis hubungan pendidikan atau lulusan (alumni) yg berguru di Samudera Pasai sebagai pusat peradaban Islam Asia tenggara kala itu. Bahkan beberapa diantaranya ada yg mempunyai hubungan keturunan dengan Aceh penyebar Islam di tanah Jawa.

 Sumatra Telah Dikenal Sejak Zaman Rasulullah

Sumber wikipedia menyebutkan,bahwa asal-usul penamaan pulau “Sumatra” sendiri berasal dari keberadaaan sebuah kerajaan benama Samudera Pasai (terletak di pantai pesisir timur Aceh).Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah,petualang asal Maroko ke negeri tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera,selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis,utk dirujuk pada pulau ini,sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang. (Nicholaas Johannes Krom,De Naam Sumatra, BKI, 100, 1941.)
Kedua, berupa terma “kāfūr” yg terdapat di dalam Al-Qur’an. Kata ini berasal dari kata dasar “kafara” yg berarti menutupi.Kata “kāfūr” juga merupakan nama yg digunakan bangsa Arab utk menyebut sebuah produk alam yg dalam Bahasa Inggris disebut camphor, atau dalam Bahasa Melayu disebut dengan kapur barus.

Penduduk Arab menyebutnya dengan nama tersebut karena bahan produk tersebut tertutup dan tersembunyi di dalam batang pohon kapur barus/pohon karas (cinnamomum camphora) dan karena “menutupi” bau jenazah sebelum dikubur.

Produk kapur barus yg terbaik adalah dari Fansur (Barus) sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah,Sumatera Utara,yg terletak di pantai barat Sumatra.
Dengan demikian tidak diragukan wilayah Nusantara lebih khusus lagi Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah dari para pedagang dan pelaut yg kembali dengan membawa produk-produk dari wilayah tersebut (pasai) dan dari laporan tentang apa yg telah mereka lihat dan dengar tentang tempat-tempat yg telah mereka singgahi.
Menurut berita-berita luar yg juga diceritakan dalam Hikayat Raja-raja Pasai (Pase) kerajaan ini letaknya di kawasan Selat Melaka pada jalur hubungan laut yg ramai antara dunia Arab, India dan Cina.Disebutkan pula bahwa kerajaan ini pada abad ke XIII sudah terkenal sebagai pusat perdagangan di kawasan itu.
Kembali menurut Al-Attas,ia menyebutkan,ada empat faktor penyebab minimnya sumber dan kajian sejarah Islam dan sejarah penyebaran Islam di Nusantara.

Pertama,sumber dan karya ilmiah sejarah Islam yg ditulis dalam huruf Jawi/Pego (Arab latin) oleh masyarakat Nusantara tidak begitu terkenal di kalangan ilmuwan Barat karena tidak banyak dari mereka yg pandai membaca tulisan Jawi.

Kedua,banyak sumber sejarah yg hilang atau tidak diketahui keberadaannya pada zaman penjajahan.

Ketiga, biasanya sumber-sumber sejarah yg ditulis masyarakat Nusantara dianggap oleh orientalis sebagai artifak sastra,sebagai karya dongeng atau legenda,yg hanya bisa dipelajari dari sudut filologi atau linguistik,dan tidak bisa diterima sebagai sumber sejarah yg sempurna dan benar.
Keempat,karena minimnya sumber dan kajian sejarah Islam Nusantara membuat para ilmuwan Barat hanya menggunakan sumber,kajian dan tulisan dari luar Nusantara termasuk dari Barat.Mereka tidak memperhatikan atau mungkin tidak tahu adanya bahan-bahan dan informasi yg terdapat dalam berbagai sumber sejarah Islam termasuk sumber-sumber sejarah dari wilayah Nusantara.

Prof. Dr. Abdul Rahman Tang,Akademis dan dosen pasca sarjana di Departemen Sejarah dan Peradaban Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences di International Islamic University Malaysia, selaku pembanding menyatakan kajian sejarah Islam Nusantara yg dilakukan al-Attas dalam buku tersebut sebagian besar bersifat spekulatif.

Salah satu fakta spekulatif tersebut adalah hadits yg terdapat dalam Hikayat Raja Raja Pasai.
 Menurutnya, sebagian fakta tersebut bisa valid jika telah menjalani proses “verification of fact”. Namun Al-Attas tidak melakukan proses ini terhadap hadits yg disebutkan di dalam hikayat raja-raja pasai tersebut .
Muslim China warga Malaysia ini mempertanyakan tentang hadits ini dan mengkhwatirkan implikasinya terhadap pemikiran masyarakat Nusantara. Menurutnya, al-Attas melakukan inductive methode of reasoning secara tidak konstruktif. Sedang Dr. Syamsuddin Arif, dosen IIUM asal Jakarta, selaku pembicara ke dua dalam acara bedah buku tersebut mengungkapkan kesimpulan al-Attas di atas logis dan sesuai dengan fakta.
Hal ini berdasarkan perjalanan pelaut dan pedagang Arab pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yg pergi ke China. Utk mencapai negeri China melalui laut tiada rute lain kecuali melalui dan singgah wilayah Nusantara.
Lebih lanjut Arif mengemukakan berbagai teori dan pendapat tentang kapan, dari mana, oleh siapa, dan utk apa penyebaran Islam di Nusantara beserta bukti-bukti dan sebagian fakta yg digunakan utk mendukung pendapat-pendapat tersebut . Arif juga menjelaskan ilmuwan siapa saja yg memegang dan yg menentang pendapat-pendapat tersebut .
Di akhir makalahnya, Arif mempertanyakan pendapat J. C. Van Leur yg pertama kali menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara dimotivasi oleh kepentingan ekonomi dan politik para pelakunya.

Van Leur dalam bukunya “Indonesian Trade and Society” berpendapat, sejalan dengan melemahnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Sumatera dan khususnya di Jawa, sejumlah pedagang Muslim beserta muballigh lebih berkesempatan mendapatkan keuntungan dagang dan politik.

Dia juga menyimpulan adanya hubungan saling menguntungkan antara para pedagang Muslim dan sejumlah penguasa lokal.
Pihak yg satu memberikan bantuan dan dukungan materiil, dan pihak kedua memberikan kebebasan dan perlindungan kepada pihak pertama.

Menurutnya, dengan adanya konflik antara keluarga bangsawan dengan penguasa Majapahit serta ambisi sebagian dari mereka utk berkuasa, maka islamisasi merupakan alat politik yg ampuh utk merebut pengaruh hingga menghimpun kekuataan.
Menurut catatan M. Yunus Jamil, bahwa bebrapa pejabat Kerajaan Islam Samudera Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama dan jabatan-jabatan mereka adalah sebagai berikut :

1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.
2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.
3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar Negeri.

Dari catatan-catatan, nama-nama dan bebrapa lembaga seperti tersebut di atas, Prof. A. Hasjmy berkesimpulan bahwa, sistem pemerintahan dalam Kerajaan Islam Samudera Pasai sudah teratur baik, dan berpola sama dengan sistem pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah Sultan Jalaluddin Daulah (416-435 H).
Nama Samudera dan Pasai sudah populer disebut-sebut baik oleh sumber-sumber Cina, Arab dan Barat maupun oleh sumber-sumber dalam negeri seperti Negara Kertagama (karya Mpu Prapanca, 1365) pada abad ke 13 dan ke-14 Masehi. Dan tentang asal usul nama kerajaan ini ada berbagai pendapat.

Menurut J. L. Moens, kata Pasai berasal dari istilah Parsi yg diucapkan menurut logat setempat sebagai Pa’Se. Dengan catatan bahwa sudah semenjak abad ke VII M, saudagar-saudagar bangsa Arab dan Parsi sudah datang berdagang dan berkediaman di daerah yg kemudian terkenal sebagai Kerajaan Islam Samudera Pasai.
Sumatra Telah Dikenal Sejak Zaman Rasulullah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: MY BLOGGER

0 comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.