Keajaiban Makam Nabi Muhammad saw
Berikut cerita dibalik uapaya percobaan Pencurian Jasad Rasulullah SAW.
1. Masa al-Hakim Biamrillah al-'Ubaidiy Part 1
Kisah pencurian jasad Nabi Muhammad ditulis oleh Muhammad Ilyas 'Abdul Ghani, penulis buku Sejarah Masjid Nabawi as-Syarif. Dalam bukunya Ia menulis tentang percobaan pencurian pertama dilakukan pada masa Raja Fathimiyah, al-Hakim Biamrillah al-'Ubaidiy. Meskipun al Hakam beragama Islam, namun ia menyimpang dari ajaran Islam yang benar, sehingga Rakyat Mesir tidak bisa tidur tenang pada masa pemerintahannya.
Ketika itu seorang Zindiq mengusulkan kepadanya agar mencuri jasad Nabi. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian manusia kepadanya dan negerinya. Dengan menghadirkan jasad Nabi Muhammad ke Mesir, maka negeri ini akan menggantikan Madinah. Kemudian Ia berencana memerangi rakyatnya.
Tapi Allah SWT tidak tinggal diam dengan rencana jahat tersebut. Nagi-Nya sangat mudah dalam menggagalkan upaya Raja al-Hakim. Pada malam rencana itu dijalankan, ternyata Allah mengirimkan angin ke Madinah, dan hampir bumi tergoncang karena kuatnya angin itu. Hal ini menjadi penghalang tujuan para penjahat tersebut.
2. Masa al-Hakim Biamrillah al-'Ubaidiy Part 2
Ternyata kegagalan rencana awal tidak membuat raja yang mulai memimpin pada usia 11 tahun tersebut kapok. Ia kembali menyusun rencana jahat untuk mencuri jasad Rasulullah SAW. Kali ini, prajuritnya mampu memasuki Madinah. Utusannya ini tinggal di dekat Masjid Al Haram an-Nabawi.
Mereka menggali tanah untuk membuat terowongan menuju makam Nabi SAW. Namun keajaiban pun kembali terjadi. Terdengar suara ditengah-tengah masyarakat Madinah "Nabi kalian akan digali (kuburnya)". Akhirnya Mereka pun kemudian melakukan penyelidikan dan mendapi utusan al-Hakim Biamrillah al-'Ubaidiy tengah menggali terowongan. Mereka kemudian dihukum dan dihukum mati.
3. Jasad Nabi akan Dicuri Para Penguasa di Eropa
Peristiwa pencurian ini terjadi pada tahun 1164 atau 557 H dan ditulis oleh sejarawan Ali Hafidz dalam kitab Fusul min Tarikhi Al-Madinah Al Munawarah. Saat itu, kondisi umat Islam dalam kondisi yang lemah, sehingga para penguasa di Eropa bersepakat untuk mencuri jasad Rasulullah.
Setelah kesepakatan disetujui, para penguasa di Eropa kemudian mengirim utusan untuk mencuri jenazah Rasul pada musim Haji. Kedua orang itu menyamar sebagai jemaah haji dari Andalusia yang memakai pakaian khas Maghribi. Kedua orang tersebut ditugaskan melakukan survei awal dalam mencari kesempatan untuk mencuri jasad Nabi Muhammad.
Setelah melakukan survei lapangan, keduanya memberanikan diri untuk menyewa sebuah penginapan yang letaknya dekat dengan makam Rasulullah. Mereka membuat lubang dari dalam kamar menuju ke makam Rasulullah SAW. Belum sampai pada akhir penggalian, rencara tersebut telah digagalkan oleh Allah SWT melalui seorang hamba-Nya, yaitu Sultan Nuruddin Mahmud bin Zanki.
Sang Sultan penguasa Mesir dan Syam itu pada suatu malam bermimpi bertemu Rasulullah. Sang Nabi sedang menudingkan tangannya ke arah dua orang berwajah Eropa, seraya berkata, "Wahai Mahmud, tolonglah aku dari dua orang ini!".
Maka sultan terbangun dan terkejut lalu ambil wudhu dan melanjutkan tidur. Tapi Ia kembali bermimpi yang sama hingga tiga kali berturut-turut. Pagi harinya Ia menceritakan mimpinya kepada para menteri dan berpikir bahwa telah terjadi sesuatu di Madinah. Akhirnya Sultan dan para pengawalnya berangkat ke kota Madinah.
Sesampainya di sana Sultan mengumpulkan seluruh masyarakat Madinah untuk mengenali wajah mereka. Ini bertujuan untuk melihat adakah wajah yang mirip dengan yang ada di mimpinya. Pada awalnya Ia tidak dapat menemukan dua wajah tersebut.
Lalu Sultan bertanya: "Masih adakah yang lain?".
Salah satu penduduk Madinah menjawab: "Memang masih ada, yaitu dua orang jamaah haji dari Maroko yang mukim di sini, mereka saleh dan kaya, sering membagi sedekah dan selalu shalat berjamaah di Masjid Nabawi. Mereka merasa sudah cukup tidak perlu mengambil sedekah atau hadiah.
"Datangkan mereka ke sini sekarang juga...!", perintah Sultan.
Ternyata dua orang ini mirip dengan yang ada di mimpinya. Sultan lalu memeriksa keduanya dan mendapati rumah mereka terdapat lubang menuju makam Nabi. Keduanya mengaku melaksanakan tugas untuk mengambil jasad Nabi Muhammad SAW untuk dibawa ke Eropa.
4. Kelompok Perampok
Usaha keempat terjadi saaat sejumlah orang mencuri dan merampok kafilah jamah haji. Kemudian mereka bertekad untuk menggali kuburan Nabi SAW. Mereka berbicara dan terang-terangan mengutarakan niat mereka. Kemudian mereka menyeberangi laut menuju Madinah. Kemudian Allah menolak serangan mereka dengan kapal yang telah disiapkan dari Mesir al-Iskandariyah yang mengikuti mereka. Kemudian menangkap mereka semuanya, kemudian menawan semua.
5. 40 Orang Ingin Menggali Makan Abu Bakar dan Umar
Upaya kelima dilakukan dengan rencana menggali makam Abu Bakar dan Umar. Peristiwa ini terjadi di pertengahan abad tujuh Hijriyah. Sejumlah orang yang mencapai 40 orang laki-laki ingin menggali kubur pada malam hari. Lalu bumi terbelah dan menelan mereka. Hal ini diceritakan oleh pelayan al-Haram an-Nabawy pada saat itu. Dia adalah Shawwab, as-Syamsu al-Malthiy.
Pernah Dibongkar, Kuburan Rasullullah Berlapis Timah
Sejarawan Ali Hafidz dalam kitab Fusul min Tarikhi AL-Madinah Al Munawaroh menuliskan bahwa makam Nabi Muhammad Saw pernah digali dan jasadnya nyaris dicuri. Peristiwa memilukan dan terkutuk ini terjadi sekitar tahun 1164 M atau 557 H, dilakukan oleh orang-orang kafir yang mencoba menghancurkan agama Islam.
Kisah ini bermula dengan pudarnya kejayaan Islam yang berpusat di Baghdad di bawah pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Raja-raja Nasrani dari Eropa yang dendam atas takluk-nya berbagai wilayah mereka di tangan Islam mencoba mencari siasat mempermalukan umat Islam dengan mencuri jasad Nabi Muhammad Saw. Kegiatan ini rencananya akan dilakukan tatkala musim haji tiba, dimana umat Islam dari seluruh dunia berdatangan untuk menunaikan rukun Islam kelima. Dua orang mata-mata ditugaskan untuk melakukan misi hina ini dengan menyamar sebagai jemaah haji Andalusia, Spanyol dan berpakaian seperti orang Maroko.
Mereka pun menyewa sebuah penginapan yang letaknya dekat dengan makam nabi. Dari penginapan inilah, mereka menggali jalan menuju makam Rasullullah. Namun sebaik-baiknya rencana mereka, akhirnya rencana ini digagalkan jua oleh Allah swt.
Sultan Nuruddin Mahmud bin Zanki, seorang penguasa Islam di Damaskus saat itu mendapatkan mimpi akan ancaman ancaman terhadap makam Rasulullah. Sultan bermimpi bertemu dengan Rasulullah sambil menunjuk dua orang lelaki berambut pirang dan berkata, ” Wahai Mahmud, selamatkan jasadku dari maksud jahat kedua orang ini.” Mimpi serupa terjadi tiga kali hingga Sultan memutuskan untuk segera berangkat menuju makam Rasullullah di Madinah untuk memeriksa kebenaran mimpinya.
Dengan memakan waktu 16 hari serta membawa kuda, 20 orang pengawal, dan banyak sekali harta, Sultan melakukan perjalanan dari Damaskus ke Madinah. Sultan kemudian langsung menuju Raudah, Masjid Nabawi untuk melakukan shalat dan berziarah ke makam nabi. Tiba-tiba seorang menteri datang bertanya, “Apakah Baginda Sultan mengenal wajah kedua lelaki itu?” Sultan pun menjawab, “Ya”.
Maka dengan strategi yang telah dipersiapkan sebelumnya, Sultan memerintahkan sang menteri untuk mengumpulkan seluruh penduduk Madinah dan membagikan harta yang dibawanya sambil mencermati wajah setiap orang yang datang. Namun tidak seorangpun yang mirip dengan apa yang dikatakan Rasullullah Saw. melalui mimpi. Akhirnya sultan bertanya kepada penduduk Madinah, “Adakah diantara kalian yang belum mendapatkan jatah yang telah disediakan.” Namun semua penduduk Madinah mengaku sudah mendapatkan bagian mereka masing-masing, kecuali dua orang asing dari Maroko yang belum datang untuk mengambil jatah mereka. Kedua dipandang sebagai orang saleh dan sering melakukan shalat di Masjid Nabawi dan berziarah ke makam Nabi Muhammad Saw.
Sultan kemudian memanggil kedua orang tersebut. Alangkah terkejutnya sultan melihat bahwa kedua orang itu adalah yang ia lihat dalam mimpinya. Mereka mengaku sebagai jamaah haji dari Andalusia, Spanyol. Meski sultan sudah mendesak bertanya tentang kegiatan mereka di Madinah, mereka tetap tidak mau mengaku.
Sultan kemudian melakukan pemeriksaan terhadap penginapan kedua orang tersebut. Sesampainya di rumah itu yang ditemuinya adalah tumpukan harta, sejumlah buku dalam rak dan dua buah mushaf al-Quran. Setelah diperiksa lebih teliti, Sultan menemukan sebuah ruangan bawah tanah yang tertutup oleh tikar. Ruangan bawah tanah itu tersambung pada lorong yang menuju makam Rasullullah.
Sultan menjadi marah dan memukul kedua lelaki tersebut. Akhirnya mata-mata itu mengaku bahwa mereka diutus oleh raja Nasrani di Eropa untuk mencuri jasad Nabi Muhammad Saw. Sultan pun akhirnya menghukum mati kedua orang tersebut. Setelah itu, untuk menghindari kejadian serupa, Sultan memerintahkan penggalian parit di sekitar makam Rasullullah dan melapisinya dengan timah.