(Bukan Sejarah Yg Tersembunyi Namun Fakta Yang Di Sembunyikan " Abu Bakar Al Asyi juru bicara TAM. ASNLF/AM " Teuntra Atjeh Merdheka. Atjeh Sumatra National Liberation Front/Atjeh Merdheka " dalam dakwah penerangan ASNLF/AM " Atjeh Sumatra National Liberation Front/Atjeh Merdeka " , di salah satu kawasan Kuta Raja " )
Di mulai dari kamis 26 maret 1873 yg sampai saat ini Atjeh tidak pernah terkalahkan bermakna Atjeh adalah bukan satu provinsi namun satu Negara, yg walau sampai saat ini kita belum menang, bermakna kita masih dalam perjuangan.
Cerita dalam proses perjuangan tentulah banyak rintangan yang harus kita lalui, rintangan tersebut bukan hanya musuh nyata, musuh nyata mudah utk di lawan dan di kalahkan sementara musuh yg di dalam selimutlah yg susah utk di lawan dan di kalahkan karena sifatnya menggunting dalam lipatan, seperti yg di lakukan oleh Malik mahmut laknatullah cs dan turunannya.
Bicara Aceh bukan lagi bicara ketokohan, karena banyak tokoh yg di khianati oleh penokoh hingga sudah utk di hitung dengan jari.
Namun demikian penulis berusaha utk mengangkat sedikit cerita tokoh Atjeh yg walau tidak sanggub di hitung dengan jari sampai saat ini.
Kita sangat mengenali bagai mana hebatnya Sultan Iskandar muda meukuta alam, anaknya di fitnah berzina, akhir dari kehidupan beliau di khianati dan karena rasa malu beliau sebagai seorang sultan yg adil sebagai khalifah pada saat itu beliau mengasingkan diri hingga mangkat dan di kebumikan di sala tiga, sayangnya sebagai bangsa sampai saat ini kita masih di tipu oleh para penokoh yg memposisikan diri sebagai tokoh hingga membuat duplikat makam sultan iskandar muda.
selagi bergabung dengan nkri akan banyak cerita yang menjadi fakta padahal hal yg tiada.
Nama beliau di gadang gadangkan, wilayah kerajaan radius 10 (sepuluh) km di kuasai dan di bagi - bagi hingga sampai kini bila ada pembangunan harus ganti rugi
, itulah indonesia kini yg mengadopsi sistime kafir pancasilais laknatullah.
mungkin bila kita bercerita sultan akan menghabiskan waktu tahunan, alangkah baiknya kita bicara fakta sekarang para tokoh penokoh yg masih hidub agar cerita mudah di pahami dan di mengerti.
Malik mahmut laknatullah, demi kekuasaan dan kepentingan sejengkal dia memposisikan diri sebagai tokoh penokoh dengan membunuh tokoh asli yaitu almarhum wali yaitu paduka yg mulia tgk Hasan Muhammad.
kondisi ini terulang dan terus berulang dan akan terulang lagi bila rakyat Aceh tidak mau kembali pada fitrah dasarnya.
Melihat kekinian Aceh timbullah pertanyaan apakah tokoh Aceh harus selalu menjadi korban para penokoh yg memposisikan diri sebagai penokoh?
Tentulah setiap ada pertanyaan harus ada jawaban.
Buat para penokoh akan menjawab tentu itu harus terjadi dan terus berulang sampai mereka mewariskan pada anak cucu mereka para penokoh.
Buat para tokoh tentu berkeinginan sebaliknya dengan para penokoh.
kemudian bagi kita bangsa Aceh mana yang harus kita pilih?
Jawaban para penokoh atau jawaban para tokoh?
Yang jelas buat bangsa Aceh pasti akan memilih jawaban dari tokoh sebaliknya yg tidak merasa diri sebagai bangsa Aceh akan memilih jawaban penokoh, jawaban tersebut jelas sudah bisa kita bayangkan.
Setelah bayangan jawaban ada pada kita bangsa Aceh maka akan timbul pertanyaan selanjutnya yaitu :
Lebih banyak bangsa Aceh atau yg bukan bangsa Acehkah yg sekarang menetap di Aceh?
Hal ini akan menjadi susah utk di jawab karena secara kasat mata dan pendengaran suara orang akan menjawab dirinya sebagai bangsa Aceh dan secara sikologis, idiologis dan budaya kita lihat hari ini lebih banyak orang yg mengaku diri bukan bangsa Aceh.
Inilah alasan penulis mengatakan bahwa LANGKAH MENUJU PEMURTADAN OLEH MALEK MAHMUD LAKNATULLAH CS DAN TURUNANNYA. BUKAN SEJARAH YANG TERSEMBUNYI NAMUN FAKTA YANG DI SEMBUNYIKAN.
Ruang ini saya jadikan sebagai ruang tanya jawab, karena saya tidak mungkin menulis satu persatu dari semua cerita yg sudah saya sampaikan pada dakwah penerangan ASNLF/AM di salah satu kawasan Kuta Raja.
Baca Juga:Jika Natal Tiba,Tanyakan Hal Ini kepada Umat Kristen!
pertanyaan yg bersifat menguji tidak akan di layani, sebaliknya pertanyaan yg sifatnya membagi dan saling menerima akan di prioritaskan jawabannya sesuai kemampuan penulis.