Jawaban Ketika Anda Ditanya Siapa Yang Menciptakan Allah SWT,Bukti adanya tuhan secara logika,Bukti allah itu ada secara ilmiah,Kenapa allah tidak bisa dilihat,Pertanyaan tentang tuhan mohon gunakan akal sehat.
JAWABAN
“SIAPA YANG MENCIPTAKAN ALLAH”
١١٦ - إِنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِيْهِ الشَّيْطَانُ فَيَقُوْلُ مَنْ خَلَقَكَ فَيَقُوْلُ اللهُ فَيَقُوْلُ فَمَنْ خَلَقَ اللهُ فَإِذَا وَجَدَ ذٰلِكَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقْرَأ آمَنْتُ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ فَإِنَّ ذَلِكَ يَذْعَبُ عَنْهُ .
“Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi setan, lalu bertanya. “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia menjawab, “Allah.” Lalu setan berkata. “Kemudian siapa yang menciptakan Allah?” Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaknya dia membaca ‘Amantu Billahi wa Rasulihi’ (aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya), maka (godaan) yang demikian itu akan segera hilang darinya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (6/258): “Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Ismail, dia berkata: “Telah bercerita kepadaku Adh-Dhahak, dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya, dari Aisyah, bahwa sesungguhnya Rasul r bersabda: (kemudian ia menyebutkan hadits itu).
Saya menilai: Hadits ini sanadnya hasan, sesuai dengan syarat Muslim. Semua perawi hadits ini adalah perawi Muslim yang beliau jadikan pegangan dalam Shahih-nya. Tetapi Adh-Dhahak adalah Ibnu Utsman Al-Asadi Al-Huzami, dimana sebagian imam masih memperbincangkan mengenai hafalannya. Namun insya Allah hal itu tidak menurunkan haditsnya dari tingkat hasan. Bahkan Sufyan Ats-Tsauri dan Laits bin Salim, menurut Ibnus-Sunni (201) sungguh telah mengikuti periwayatannaya. Jadi hadits ini dapat dinilai shahih. Sementara itu Al-Mundziri dalam At-Targhib (2/266) menjelaskan:
“Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang bagus, kemudian Abu Ya’la dan Al-Bazzar. Lalu Ath-Thabrani juga meeiwayatkannya dalam Al-Kabir dan Al-Ausath dari hadits Abdullah bin Amr. Bahkan Imam Ahmad juga meriwayatkannya dari hadits Khuzaimah bin Tsabit t.”
Jadi adanya beberpa syahid (hadits penguat) ini dengan sendirinya menaikkan tingkat hadits tersebut kepada derajat yang sangat shahih.
Hadits Ibnu Khuzaimah menurut Imam Ahmad (5/214) para perawinya adalah tsiqah, kecuali jika diantara mereka ada Ibnu Lubai’ah, sebab ia buruk hafalannya.”
Mengenai hadits Ibnu Amer ini, Al-Haitsami (341) berkomentar:
“Para perawinya adalah perawi-perawi shahih, kecuali Ahmad bin Nafi’ Ath-Thihan, guru Ath-Thabrani.”
Demikian ia menandaskan, namun tidak menjelaskan sedikitpun mengenai keadaan Ahmad bin Nafi’ Ath-Than tersebut, begitu tidak simpatikanya Al-Haitsami kepadanya. Demikian pula saya sama sekali tidak mengenalnya, kecuali bahwa dia orang Mesir, sebagaimana disebutkan dalam Mu’jam Ath-Thabrani Ash-Shaghir (hal. 10).
Kemudian sesungguhnya hadits itu juga diriwayatkan oleh Hisyam bin Urwah yang didapat dari bapaknya dari Abu Hurairah secara marfu’ sebagaimana adanya (tidak ada perubahan apapun).
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim (1/84) dan Imam Ahmad (2/331) dari beberapa jalur, dari Hisyam, tanpa kalimat (فَإِنَّ ذَلِكَ يَذْعَبُ عَنْه ) “Sesungguhnya godaan itu akan hilang daripadanya”.
Selanjutnya hadits ini juga dikeluarkan oleh Abu Dawud (4121) yang kalimatnya sampai kepada Nabi r ( أَمَنْتُ بِااللهِ ) “Saya beriman kepada Allah”. Dan ini merupakan riwayat Muslim.
١١٧ - يَأتِي الشَّيْطَانٌ أَحَدَكُمْ فَيَقُوْلُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتىّٰ يَقُوْلُ مَنْ خَلَقَ رَبِّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ وَلْيَنْتَهِ .
“Setan akan datang pada salah seorang kamu, lalu berkata: “Siapakah yang menciptakan demikian? Siapakah yang menciptakan demikian? Siapakah yang menciptakan demikian?” Sehingga dia bertanya, “Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?”Apabila sampai demikian, maka hendaklah memohon perlindungan kepada Allah dan menghentikannya.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari (2/321), Imam Muslim dan Ibnu Sunni.
Hadits ini juga mempunyai sumber yang berasal dari Abu Hurairah dengan lafazh:
١١٨ - يُوْشِكُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُوْنَ بَيْنَهُمْ حَتىّٰ يَقُوْلُ قَائِلُهُمْ هٰذَا اللهُ خَلَقَ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَإِذَا قَالُوْا ذٰلِكَ فَقُوْلُوأ { اللهً أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ لمَ ْيَلِدْ وَلَمْ يُوْلًدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ } ثُمَّ لْيَتْفُلْ أَحَدُكُمْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثًا وَلْيَسْتَعِذْ مِنَ الشَّيْطَانِ .
“Hampir orang-orang saling bertanya diantara mereka sehingga seorang di antara mereka berkata. “Ini Allah menciptakan mahluk, lalu siapakah yang menciptakan demikian, maka katakanlah: “Allah Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan Dia tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” Kemudian hendaklah salah seorang kamu mengusir (isyarat) meludah ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan dari setan.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud (4732) dan Ibnu Sunni (621) dari Muhammad bin Ishaq, dia berkata: “Telah bercerita kepadaku Utbah bin Muslim, seorang budak yang dimerdekakan oleh Bani Tamim, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah, yang menuturkan: “Aku mendengar Rasulullah r bersabda (kemudian ia menuturkan hadits itu).”
Saya menilai: Hadits ini shahih sanadnya. Para perawinya tsiqah. Bahkan Ibnu Ishaq juga menjelaskan berita itu. Hingga dengan demikian amanlah hadits ini dari cela.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Umar bin Abi Salamah yang mendengar dari bapaknya, sampai perkataan: “Siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla?” Umar bin Salamah melanjutkan: “Abu Hurairah menceirtakan, “Demi Allah, sesungguhnya pada suatu hari aku duduk, tiba-tiba seseorang dari penduduk Iraq berkata kepadaku, “Ini Allah, pencipta kita. Lalu siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla?” Abu Hurairah melanjutkan ceritanya. “Kemudian aku tutupkan jariku pada telingaku, lalu aku menjerit seraya berkata: “Maha benar Allah dan Rasul-Nya.”
“Allah Esa tempat meminta. Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad (2/387). Para perawinya tsiqah kecuali Umar. Ia adalah lemah (dha’if)/
Menurut Imam Ahmad (juz II hal. 539) hadits ini juga mempunyai jalur lain dari Ja’far, dia memberitakan: “Telah bercerita kepadaku Yazid bin Al-Asham, dari Abu Hurairah secara marfu’, seperti hadits sebelumnya. Yazid mengisahkan: “Telah bercerita kepadaku Najmah bin Shabigh As-Salami, bahwa dia melihat para penunggang datang kepada Abu Hurairah. Kemudian mereka bertanya kepadanya mengenai hal itu. Lalu Abu Hurairah berkata : “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Tidaklah kekasihku bercerita kepadaku tentang sesuatu, melainkan aku telah melihatnya dan aku telah menunggunya.” Ja’far berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa Nabi r bersabda:
“Manakala orang-orang bertanya kepadamu tentang hal ini, maka katakanlah: “Allah adalah sebelum tiap-tiap sesuatu. Allah menciptakan tiap-tiap sesuatu dan Allah ada setelah tiap-tiap sesuatu.”
Sanad marfu’-nya adalah shahih, adapun yang disampaikan oleh Ja’far alias Ibnu Burhan adalah mu’dhal (hadits yang perawi-perawinya banyak yang gugur), dan apa yang berada di antara shahih dan mu’dhal adalah mauquf. Tetapi Najmah di sini tidak saya kenal. Demikian pula dalam Al-Musnad. Najmah ditulis dengan mim (Majmah) sendangkan Al-Jarh wat-Ta’dil (4/1/509) tertulis Najbah, dengan ‘ba’. Selanjutnya Imam Ahmad menjelaskan:
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dimana Yazid Ibnul Asham juga meriwayatkan darinya, dan mengatakan: “Saya mendengar bapakku mengatakan demikian dan tidak menambahkan!” Juga Al-Hafizh dalam At-Ta’jil tidak menambahkannya dan itu sesuai dengan syarat yang dibuatnya.
“Saya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Esa. Allah tempat meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” Kemudian hendaklah ia berisyarat meludah ke kiri tiga kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan, serta menepis keragu-raguan itu.
Saya berpendapat: Orang yang melakukan demikian semata-mata karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta ikhlas, maka keraguan dan godaan itu akan hilang darinya dan menjauhlah setannya, meningat sabda Nabi r “Sesungguhnya godaan itu akan hilang darinya”.
Pelajaran dari Nabi r ini jelas lebih bermanfaat dan lebih dapat mengusir keraguan daripada terlibat dalam perdebatan logika yang sengit di seputar persolan ini. Sesungguhnya perdebatan dalam pesoalan ini amatlah sedikit gunanya atau boleh jadi tidak ada gunanya sama sekali. Tetapi saying, kebanyakan orang tidak menghiraukan pelajaran yang amat bagus ini. Oleh karena itu ingatlah wahai kaum muslimin dan kenalilah sunnah Nabimu dan amalkanlah. Sesungguhnya dalam sunnah itu ada obat dan kemuliaanmu.
“SIAPA YANG MENCIPTAKAN ALLAH”
١١٦ - إِنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِيْهِ الشَّيْطَانُ فَيَقُوْلُ مَنْ خَلَقَكَ فَيَقُوْلُ اللهُ فَيَقُوْلُ فَمَنْ خَلَقَ اللهُ فَإِذَا وَجَدَ ذٰلِكَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقْرَأ آمَنْتُ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ فَإِنَّ ذَلِكَ يَذْعَبُ عَنْهُ .
“Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi setan, lalu bertanya. “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia menjawab, “Allah.” Lalu setan berkata. “Kemudian siapa yang menciptakan Allah?” Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaknya dia membaca ‘Amantu Billahi wa Rasulihi’ (aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya), maka (godaan) yang demikian itu akan segera hilang darinya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (6/258): “Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Ismail, dia berkata: “Telah bercerita kepadaku Adh-Dhahak, dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya, dari Aisyah, bahwa sesungguhnya Rasul r bersabda: (kemudian ia menyebutkan hadits itu).
Saya menilai: Hadits ini sanadnya hasan, sesuai dengan syarat Muslim. Semua perawi hadits ini adalah perawi Muslim yang beliau jadikan pegangan dalam Shahih-nya. Tetapi Adh-Dhahak adalah Ibnu Utsman Al-Asadi Al-Huzami, dimana sebagian imam masih memperbincangkan mengenai hafalannya. Namun insya Allah hal itu tidak menurunkan haditsnya dari tingkat hasan. Bahkan Sufyan Ats-Tsauri dan Laits bin Salim, menurut Ibnus-Sunni (201) sungguh telah mengikuti periwayatannaya. Jadi hadits ini dapat dinilai shahih. Sementara itu Al-Mundziri dalam At-Targhib (2/266) menjelaskan:
“Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang bagus, kemudian Abu Ya’la dan Al-Bazzar. Lalu Ath-Thabrani juga meeiwayatkannya dalam Al-Kabir dan Al-Ausath dari hadits Abdullah bin Amr. Bahkan Imam Ahmad juga meriwayatkannya dari hadits Khuzaimah bin Tsabit t.”
Jadi adanya beberpa syahid (hadits penguat) ini dengan sendirinya menaikkan tingkat hadits tersebut kepada derajat yang sangat shahih.
Hadits Ibnu Khuzaimah menurut Imam Ahmad (5/214) para perawinya adalah tsiqah, kecuali jika diantara mereka ada Ibnu Lubai’ah, sebab ia buruk hafalannya.”
Mengenai hadits Ibnu Amer ini, Al-Haitsami (341) berkomentar:
“Para perawinya adalah perawi-perawi shahih, kecuali Ahmad bin Nafi’ Ath-Thihan, guru Ath-Thabrani.”
Demikian ia menandaskan, namun tidak menjelaskan sedikitpun mengenai keadaan Ahmad bin Nafi’ Ath-Than tersebut, begitu tidak simpatikanya Al-Haitsami kepadanya. Demikian pula saya sama sekali tidak mengenalnya, kecuali bahwa dia orang Mesir, sebagaimana disebutkan dalam Mu’jam Ath-Thabrani Ash-Shaghir (hal. 10).
Kemudian sesungguhnya hadits itu juga diriwayatkan oleh Hisyam bin Urwah yang didapat dari bapaknya dari Abu Hurairah secara marfu’ sebagaimana adanya (tidak ada perubahan apapun).
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim (1/84) dan Imam Ahmad (2/331) dari beberapa jalur, dari Hisyam, tanpa kalimat (فَإِنَّ ذَلِكَ يَذْعَبُ عَنْه ) “Sesungguhnya godaan itu akan hilang daripadanya”.
Selanjutnya hadits ini juga dikeluarkan oleh Abu Dawud (4121) yang kalimatnya sampai kepada Nabi r ( أَمَنْتُ بِااللهِ ) “Saya beriman kepada Allah”. Dan ini merupakan riwayat Muslim.
١١٧ - يَأتِي الشَّيْطَانٌ أَحَدَكُمْ فَيَقُوْلُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتىّٰ يَقُوْلُ مَنْ خَلَقَ رَبِّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ وَلْيَنْتَهِ .
“Setan akan datang pada salah seorang kamu, lalu berkata: “Siapakah yang menciptakan demikian? Siapakah yang menciptakan demikian? Siapakah yang menciptakan demikian?” Sehingga dia bertanya, “Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?”Apabila sampai demikian, maka hendaklah memohon perlindungan kepada Allah dan menghentikannya.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari (2/321), Imam Muslim dan Ibnu Sunni.
Hadits ini juga mempunyai sumber yang berasal dari Abu Hurairah dengan lafazh:
١١٨ - يُوْشِكُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُوْنَ بَيْنَهُمْ حَتىّٰ يَقُوْلُ قَائِلُهُمْ هٰذَا اللهُ خَلَقَ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَإِذَا قَالُوْا ذٰلِكَ فَقُوْلُوأ { اللهً أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ لمَ ْيَلِدْ وَلَمْ يُوْلًدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ } ثُمَّ لْيَتْفُلْ أَحَدُكُمْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثًا وَلْيَسْتَعِذْ مِنَ الشَّيْطَانِ .
“Hampir orang-orang saling bertanya diantara mereka sehingga seorang di antara mereka berkata. “Ini Allah menciptakan mahluk, lalu siapakah yang menciptakan demikian, maka katakanlah: “Allah Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan Dia tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” Kemudian hendaklah salah seorang kamu mengusir (isyarat) meludah ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan dari setan.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud (4732) dan Ibnu Sunni (621) dari Muhammad bin Ishaq, dia berkata: “Telah bercerita kepadaku Utbah bin Muslim, seorang budak yang dimerdekakan oleh Bani Tamim, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah, yang menuturkan: “Aku mendengar Rasulullah r bersabda (kemudian ia menuturkan hadits itu).”
Saya menilai: Hadits ini shahih sanadnya. Para perawinya tsiqah. Bahkan Ibnu Ishaq juga menjelaskan berita itu. Hingga dengan demikian amanlah hadits ini dari cela.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Umar bin Abi Salamah yang mendengar dari bapaknya, sampai perkataan: “Siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla?” Umar bin Salamah melanjutkan: “Abu Hurairah menceirtakan, “Demi Allah, sesungguhnya pada suatu hari aku duduk, tiba-tiba seseorang dari penduduk Iraq berkata kepadaku, “Ini Allah, pencipta kita. Lalu siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla?” Abu Hurairah melanjutkan ceritanya. “Kemudian aku tutupkan jariku pada telingaku, lalu aku menjerit seraya berkata: “Maha benar Allah dan Rasul-Nya.”
“Allah Esa tempat meminta. Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad (2/387). Para perawinya tsiqah kecuali Umar. Ia adalah lemah (dha’if)/
Menurut Imam Ahmad (juz II hal. 539) hadits ini juga mempunyai jalur lain dari Ja’far, dia memberitakan: “Telah bercerita kepadaku Yazid bin Al-Asham, dari Abu Hurairah secara marfu’, seperti hadits sebelumnya. Yazid mengisahkan: “Telah bercerita kepadaku Najmah bin Shabigh As-Salami, bahwa dia melihat para penunggang datang kepada Abu Hurairah. Kemudian mereka bertanya kepadanya mengenai hal itu. Lalu Abu Hurairah berkata : “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Tidaklah kekasihku bercerita kepadaku tentang sesuatu, melainkan aku telah melihatnya dan aku telah menunggunya.” Ja’far berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa Nabi r bersabda:
“Manakala orang-orang bertanya kepadamu tentang hal ini, maka katakanlah: “Allah adalah sebelum tiap-tiap sesuatu. Allah menciptakan tiap-tiap sesuatu dan Allah ada setelah tiap-tiap sesuatu.”
Sanad marfu’-nya adalah shahih, adapun yang disampaikan oleh Ja’far alias Ibnu Burhan adalah mu’dhal (hadits yang perawi-perawinya banyak yang gugur), dan apa yang berada di antara shahih dan mu’dhal adalah mauquf. Tetapi Najmah di sini tidak saya kenal. Demikian pula dalam Al-Musnad. Najmah ditulis dengan mim (Majmah) sendangkan Al-Jarh wat-Ta’dil (4/1/509) tertulis Najbah, dengan ‘ba’. Selanjutnya Imam Ahmad menjelaskan:
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dimana Yazid Ibnul Asham juga meriwayatkan darinya, dan mengatakan: “Saya mendengar bapakku mengatakan demikian dan tidak menambahkan!” Juga Al-Hafizh dalam At-Ta’jil tidak menambahkannya dan itu sesuai dengan syarat yang dibuatnya.
HUKUM-HUKUM YANG TERKANDUNG DALAM HADITS
Hadits-hadits yang shahih ini menunjukkan bahwa sesungguhnya bagi orang yang digoda oleh syetan dan bisikannya: Siapakah yang menciptakan Allah?”, dia harus menghindari perdebatan dan menjawabnya dengan mengatakan apa yang telah ada dalam hadits-hadits tersebut. Lebih amannya ialah dia mengatakan:“Saya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Esa. Allah tempat meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” Kemudian hendaklah ia berisyarat meludah ke kiri tiga kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan, serta menepis keragu-raguan itu.
Saya berpendapat: Orang yang melakukan demikian semata-mata karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta ikhlas, maka keraguan dan godaan itu akan hilang darinya dan menjauhlah setannya, meningat sabda Nabi r “Sesungguhnya godaan itu akan hilang darinya”.
Pelajaran dari Nabi r ini jelas lebih bermanfaat dan lebih dapat mengusir keraguan daripada terlibat dalam perdebatan logika yang sengit di seputar persolan ini. Sesungguhnya perdebatan dalam pesoalan ini amatlah sedikit gunanya atau boleh jadi tidak ada gunanya sama sekali. Tetapi saying, kebanyakan orang tidak menghiraukan pelajaran yang amat bagus ini. Oleh karena itu ingatlah wahai kaum muslimin dan kenalilah sunnah Nabimu dan amalkanlah. Sesungguhnya dalam sunnah itu ada obat dan kemuliaanmu.