Kekejaman Nasrani Di Aceh Singkil – Maraknya Program Kristenisasi dan menjamurnya keberadaaan Gereja Liar dan undung undung diperkirakan menjadi pembawa bentrok warga bernuansa SARA di Negara Aceh Darussalam.
Bupati Aceh Singkil, Safriadi, menyatakan bahwa sebetulnya ada kesepakatan antarwarga di daerahnya semenjak bertahun-tahun yang lalu. “Ada perjanjian damai antara umat Kristen dan Islam pada tahun 1979 yg dikuatkan lagi di musyawarah pada tahun 2001 silam, ” katanya, bersumber dari CNN Indonesia.
Berlandaskan perjanjian damai tersebut, ujar Bupati Ini, di Aceh Singkil disetujui berdiri satu Gereja dan juga empat undung-undung. Namun, kini ternyata jumlah rumah ibadah telah lebih dari yg disepakati.
“Menjamur menjadi 23 undung-undung. Ini menyebabkan terjadinya gejolak, ” kata Safriadi. Jumlah gereja liar pun bertambah melebihi yg tercantum dalam kesepakatan.
“Tanggal 6 Bulan oktober, umat Islam sejatinya mendesak Pemerintah Daerah untuk berpatokan pada perjanjian tahun 1979 dan musyawarah 2001, ” kata Safriadi.
Pada tanggal tersebut, ujarnya, disepakatilah buat melaksanakan pembongkaran terhadap rumah ibadah yg jumlahnya melebihi kesepatan. “Kami menyetujui pembongkaran yg oleh bupati lama tidak dilaksanakan, ” ujar Safriadi.
Semua itu, Ujarnya lagi, demi ketenangan di Singkil. Selanjutnya digelar lagi pertemuan antar warga tanggal 8 Bulan oktober, namun tidak membuahkan hasil. “Sebab pihak nonmuslim keberatan rumah ibadah dibongkar, Walaupun melanggar janji. Semua itu, Ujarnya lagi, demi ketenangan di Singkil. Selanjutnya digelar lagi pertemuan antar warga tanggal 8 Bulan oktober, namun tidak membuahkan hasil. “Sebab pihak nonmuslim keberatan rumah ibadah dibongkar, Walaupun melanggar janji. ”
Barulah akhirnya pada tanggal 12 Bulan oktober, ujar Safriadi, rapat Musyawarah Pimpinan Daerah menyepakati buat membongkar sepuluh undung-undung yg jema’atnya berjumlah relatif sedikit. “Pertimbangannya, jemaat di sepuluh undung-undung tidak mempunyai izin tersebut dapat beribadah di daerah tetangganya yg memiliki rumah ibadah lebih besar, ” kata Safriadi.
Pada 12 Bulan oktober tersebut disepakatilah pembongkaran yg bakal akan dilakukan pekan depan, tanggal 19 Bulan oktober. “Tapi warga tidak sabar sehingga terjadi insiden. Berlangsung demonstrasi yg disusul tindakan anarkis, ” ujar Bupati ini lagi.
Bupati Aceh Singkil, Safriadi, menyatakan bahwa sebetulnya ada kesepakatan antarwarga di daerahnya semenjak bertahun-tahun yang lalu. “Ada perjanjian damai antara umat Kristen dan Islam pada tahun 1979 yg dikuatkan lagi di musyawarah pada tahun 2001 silam, ” katanya, bersumber dari CNN Indonesia.
Berlandaskan perjanjian damai tersebut, ujar Bupati Ini, di Aceh Singkil disetujui berdiri satu Gereja dan juga empat undung-undung. Namun, kini ternyata jumlah rumah ibadah telah lebih dari yg disepakati.
“Menjamur menjadi 23 undung-undung. Ini menyebabkan terjadinya gejolak, ” kata Safriadi. Jumlah gereja liar pun bertambah melebihi yg tercantum dalam kesepakatan.
“Tanggal 6 Bulan oktober, umat Islam sejatinya mendesak Pemerintah Daerah untuk berpatokan pada perjanjian tahun 1979 dan musyawarah 2001, ” kata Safriadi.
Pada tanggal tersebut, ujarnya, disepakatilah buat melaksanakan pembongkaran terhadap rumah ibadah yg jumlahnya melebihi kesepatan. “Kami menyetujui pembongkaran yg oleh bupati lama tidak dilaksanakan, ” ujar Safriadi.
Semua itu, Ujarnya lagi, demi ketenangan di Singkil. Selanjutnya digelar lagi pertemuan antar warga tanggal 8 Bulan oktober, namun tidak membuahkan hasil. “Sebab pihak nonmuslim keberatan rumah ibadah dibongkar, Walaupun melanggar janji. Semua itu, Ujarnya lagi, demi ketenangan di Singkil. Selanjutnya digelar lagi pertemuan antar warga tanggal 8 Bulan oktober, namun tidak membuahkan hasil. “Sebab pihak nonmuslim keberatan rumah ibadah dibongkar, Walaupun melanggar janji. ”
Barulah akhirnya pada tanggal 12 Bulan oktober, ujar Safriadi, rapat Musyawarah Pimpinan Daerah menyepakati buat membongkar sepuluh undung-undung yg jema’atnya berjumlah relatif sedikit. “Pertimbangannya, jemaat di sepuluh undung-undung tidak mempunyai izin tersebut dapat beribadah di daerah tetangganya yg memiliki rumah ibadah lebih besar, ” kata Safriadi.
Pada 12 Bulan oktober tersebut disepakatilah pembongkaran yg bakal akan dilakukan pekan depan, tanggal 19 Bulan oktober. “Tapi warga tidak sabar sehingga terjadi insiden. Berlangsung demonstrasi yg disusul tindakan anarkis, ” ujar Bupati ini lagi.
2 orang meninggal dan tujuh lainnya terluka dalam bentrokan antar warga tersebut . Kini situasi di Aceh Singkil mulai tenang sesudah polisi dan juga tentara mengerahkan 300 personel menuju wilayah tersebut . Sepakat!! 10 Gereja Liar Dibongkar
Bersumber Serambi Indonesia News mewartakan bahwa dalam Kabar Islam Vs Kristen ada sepuluh gereja di Aceh Singkil, sepakat dibongkar dalam kurun dua pekan ke depan.
Berikut nama 10 gereja yg telah sepakat buat dibongkar yaitu :
GKPPD Desa Sukamakmur, Kecamatan Gunung Meriah GKPPD Pertabas GKPPD Kuta Tinggi GKPPD Tutuhan GKPPD Dangguran, Kecamatan Simpang Kanan. GKPPD Mandumpang GKPPD Siompin GMII Siompin, Kecamatan Suro GKPPD Situbuhtubuh, Kecamatan Danau Paris. Gereja Katolik Lae Balno, Danau Paris.
Kekejaman Kristen Nasrani Di Aceh Singkil
Bapak Kapolri Jendral Polisi Badrodin Haiti menyatakan bahwa 1 korban meninggal dunia akibat Kekejaman Kristen dalam peristiwa bentrokan Islam Vs Kristen di Aceh Singkil diduga ditembak menggunakan airgun.
Korban yg meninggal tersebut diketahui namanya Samsul (21 Tahun) warga Desa Buluhsema, Suro. Alm. Samsul ini mengalami luka di bagian kepala akibat terkena tembakan, beserta perut luka sebab benda tajam.
“Menurut saya soal tembakan tersebut bukanlah dari senapan angin, tetapi dari airgun. Biasanya airgun pelurunya gotri, ” ujar Bapak Kapolri ini, Petang hari di rumah dinasnya, Jalan Pattimura, Jakarta Selatan.
Badrodin Haiti menambahkan bahwa buat lebih memastikan korban dibunuh akibat senapan angin ataupun airgun, kali ini pihaknya masih akan menanti hasil dari tim Forensik.
“Kepastiannya, tentu tunggu hasil dari forensik dulu. Tersebut itu tembakannya apa, ” tambah Bodrodin ini lagi.
Akibat peristiwa Islam Vs Kristen ini, 1 orang meninggal dunia dan empat lainnya luka-luka. Korban meninggal diketahui bernama Samsul (21 Tahun) warga Buluhsema, Suro. Sementara disisi lain, nama empat korban luka yaitu Uyung (27 tahun), Sarto (anggota TNI anggota TNI Kodim 0109/Singkil), Rahman (27 tahun), dan Salma (18 tahun) . Mereka dievakuasi dan dibawa menuju ke RSUD Aceh Singkil.
Islam Vs Kristen!! Korban Meninggal Dikabarkan Bertambah Satu Lagi
Korban meninggal akibat Kekejaman Kristen dalam bentrok warga di Kabupaten Aceh Singkil dilaporkan bertambah 1 lagi.
Korban meninggal adalah penduduk Bulu Sema, Kecamatan Suro.
Informasi Berita Islam yg bersumber dari Serambi Indonesia, korban meninggal akibat kebrutalan Kristen belum diketahui namanya itu sempat dirawat di Puskesmas Simpang Kanan.
Dua korban lainnya dirujuk menuju ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Singkil di Rimo.
“Sudah dua yg meninggal, satu lagi tadi luka di bagian dadanya, ” kata sumber Serambi Indonesia.
Menurut kabar yg di terima, korban meninggal terakhir sekitar pukul 16. 00 Waktu Indonesi Bagian Barat, ketika itu sudah dipulangkan dari puskesmas menuju ke rumahnya.
Almarhum dikabarkan terluka parah akibat terkena tembakan senjata rakitan di bagian bahu kanannya.
Pihak medis tidak sempat mendata identitas korban tersebut, sebab telah sekarat. Luka yg ada di bagian dadanya pendarahan hingga menuju ke paru-paru.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.